9 Negara Ini Dihantam Krisis Energi, RI Termasuk?

Bagikan

Jakarta, (Metro Indonesia) – Perang yang terjadi Rusia dan Ukraina telah menjadi membawa dampak negatif bagi perekonomian dunia, termasuk krisis di berbagai sektor.

Salah satu yang menjadi pukulan bagi sejumlah negara adalah terganggunya rantai pasok minyak dan gas bumi (migas) global yang berujung pada krisis bahan bakar.

Gangguan rantai pasok tersebut memang bukan menjadi satu-satunya faktor yang menyebabkan kelangkaan bahan bakar tersebut. Krisis ekonomi yang lebih luas hingga salah kelola pemerintahan yang telah terjadi jauh sebelumnya, menjadi faktor yang tidak bisa dikesampingkan.

Berikut adalah beberapa negara yang mengalami kelangkaan bahan bakar, dikutip dari berbagai sumber.

Sri Lanka
Sri Lanka menjadi negara yang bank mendapat sorotan baru-baru ini. Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini baru saja mengalami kebangkrutan setelah mengalami krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya pada 1948.

Sebelum dinyatakan bankrupt, Sri Lanka bahkan sudah kekurangan uang untuk mengimpor komoditas penting untuk perekonomiannya, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, cadangan minyak Sri Lanka terus menyusut hingga kurang dari satu hari.

Hal itu membuat pemerintah Sri Lanka menerapkan kebijakan pembatasan pembelian BBM. Semua kendaraan pribadi dilarang untuk membeli BBM karena cadangan yang tersedia diprioritaskan untuk sektor-sektor tertentu, misalnya ambulans di sektor kesehatan yang dianggap esensial.

Haiti
Haiti saat ini mengalami krisis bahan bakar dan energi yang cukup parah. Pasalnya, aktivitas geng di negara itu mulai mengganggu jalur distribusi bahan bakar di seluruh pelosok negeri.

Direktur Administrasi utilitas listrik publik negara itu (EDH), Jose Davilmar mengatakan gangster sudah mulai beberapa jalur jalanan dan pelabuhan. Terbaru, ada tiga kapal tak mampu berlabuh karena dihalangi oleh geng kriminal.

“Baru-baru ini, tiga kapal bermuatan bahan bakar tidak dapat berlabuh karena ada pembalasan oleh bandit di Cite Soleil,” terangnya, dikutip AFP, Kamis (21/7/2022).

Hal ini pun mulai memicu keluhan masyarakat. Di wilayah Jeremie, sebuah kota pesisir di ujung barat daya Haiti, pompa bensin mengaku telah kehabisan bahan bakar selama berbulan-bulan.

Krisis ini pun mendorong penduduk beralih ke pasar gelap, di mana bensin dan solar tersedia dengan harga enam kali lipat dari tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

Panama
Demonstrasi di Panama akibat harga bahan bakar dan makanan yang tinggi telah berlansung selama 3 minggu. Adapun, tingginya harga bahan bakar tersebut disebabkan oleh berkurangnya pasokan sebagai buntut dari korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara tersebut.

Pada pekan lalu, Presiden Panama Laurentino Cortizo mengumumkan bahwa dia akan menurunkan harga BBM hingga 24% dari harga pada akhir Juni. Namun, banyak demonstran yang menyatakan bahwa harga BBM tidak sepenuhnya turun dan mereka akan terus melakukan aksi penutupan jalan.

Ekuador
Nasib Ekuador hampir sama dengan Panama. Pasokan yang berkurang telah melambungkan haraga BBM.

Pemerintah menghabiskan sekitar US$ 3 miliar per tahun untuk memberikan harga bensin tetap senilai US$ 2,55 dan harga solar US$ 1,90 per galon.

Pada 26 Juni lalu, Presiden Guillermo Lasso mengusulkan pemotongan 10 sen dari masing-masing harga tersebut, tetapi Konfederasi Bangsa Pribumi Ekuador yang kuat, yang telah memimpin protes selama dua minggu, menolak rencana tersebut dan menuntut pengurangan 40 dan 45 sen.

Pemerintah pun setuju untuk memotong setiap harga sebesar 15 sen dan protes akhirnya mereda.

Argentina
Padal awal Juni lalu, setidaknya ada 19 provinsi di Argentina yang mengalami kelangkaan BBM, khususnya solar. Kelangkaan BBM itu pun membuat harga bahan bakar di negara itu meroket.

Tak hanya itu, krisis bahan bakar itu juga berisiko memperlambat roda perekonomian negara itu karena sejumlah industri terpantau kekurangan pasokan solar.

Kuba
Kurangngnya pasokan dan melambungnya harga bahan bakar telah berdampak pada upaya penyediaan listrik di negara tersebut.

Negara itu pun kini disibukkan oleh pemadaman listrik yang terus terjadi di seluruh penjuru negeri. Pemerintah belum dapat memastikan kapan aliran listrik akan kembali normal karena pasokan bahan bakar yang sangat terbatas membuat cadangan operasi pada sejumlah sistem kelistrikan kian menipis.

Nigeria
Antrean panjang di tempat pengisian bahan bakar telah menjadi pemandangan umum di Nigeria, terutama sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Perang tersebut telah menganggu pasokan bahan bakar ke negara itu. Kalaupun ada, harga sudah melambung tinggi, bahkan hingga 100%.

Kamerun
Seperti Nigeria, negara ini juga kewalahan memenuhi permintaan bahan bakar di dalam negeri. Pemerintah Kamerun juga dipusingkan oleh anggaran subsidi yang membengkak guna menutup selisih harga yang kian melebar.

Banyak pengendara pun harus gigit jari karena pembelian BBM dibatasi. Hal itu turut berdampak pada mata pencarian sejumlah orang yang mengandalkan mobil untuk bekerja.

Laos
Kurangnya pasokan bahan bakar juga dialami oleh negara Asia Tenggara, Laos. Tingginya harga di pasaran membuat negara itu berpikir untuk membeli minyak Rusia yang harganya telah didiskon.

Media Laos melaporkan bahwa bensin Kremlin 70% lebih murah daripada pasokan internasional karena efek sanksi Barat.

Salah satu negara anggota Asean itu dilaporkan ingin mengambil keuntungan dari sikapnya yang berbeda pada serangan Moskow ke Ukraina. Ini dilakukan agar Laos mendapatkan akses ke minyak Rusia yang akan mengurangi kekurangan bahan bakar di negaranya.