Perlu Kita Renungkan, Yang Tersisa Pasca Demo Di DPRD DIY

Bagikan

Yogyakarta (MetroIndonesia.co) – Demo menolak di tetapkanya UU Cipta Kerja atau Omnibus Law di gedung DPRD DIY pada tanggal 8 Oktober lalu menyisakan beberapa kejadian yang patut menjadi renungan bersama.

Demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyaluran aspirasi di jamin UU , hanya saja seringkali kegiatan pengumpulan masa ini di warnai perilaku anarkhi yang justru mencoreng demokrasi.

AG salah satu pedagang kaki lima di kawasan Malioboro yang turut terdampak akibat kerusuhan yang terjadi saat demonstrasi menyampaikan bahwa secara pribadi menghormati mahasiswa dan masyarakat umum yang melakukan demonstrasi,akan tetapi sebaiknya di lakukan dengan tidak merusak dan merugikan masyarakat yang lain.

“Sebenarnya kami tidak ada masalah dengan demonstrasi,kami hormati adek- adek mahasiswa dan masyarakat umum yang melakukan demonstrasi,tapi demi kepentingan bersama sebaiknya tidak di lakukan dengan kekerasan dan merusak” kata AG (10/10/2020).

Dalam kesempatan yang sama DW salah satu karyawati di Pertokoan Malioboro juga menuturkan bahwa demonstrasi hendaknya di lakukan secara santun agar tidak menimbulkan ketakutan di masyarakat.

“Sebenarnya demonstrasi gak papa,karena itu bentuk aspirasi rakyat agar di dengar,tapi lebih suka demonstrasi yang santun dan damai sehingga masyarakat tidak takut,” tutur DW

Di tempat terpisah BB,AL dan RN peserta demo dari salah satu PTS di Yogyakarta menyampaikan bahwa keinginan mengikuti demonstrasi murni untuk menyalurkan aspirasi, bahwa ada kerusuhan itu hal lain dan kemungkinan bukan dari mahasiswa yang benar- benar demonstrasi dengan hati nurani.

“Kami ikut demonstrasi murni dari hati nurani, demi untuk menyampaikan aspirasi rakyat yang menolak di sahkannya UU Omnibus Law, kalau kemarin terjadi kerusuhan kami benar tidak tahu, karena sepengetahuan kami sudah selesai, tiba- tiba ada kerusuhan yang berawal dari saling lempar,” cerita BB.

AL di tempat yang sama menuturkan juga kaget ketika terjadi bentrok dan rusuh, ketika pulang pun ada sweeping dari orang- orang yang mengaku warga, kami pulang karena acara penyampaian aspirasi sudah selesai dan menghindari kerusuhan.

“Kami duduk- duduk santai karena menganggap acara selesai, tapi tiba- tiba ada lempar dan bakar- bakar, menunggu beberapa waktu kami pulang menghindari rusuh yang lebih luas, tapi ketika pulang kami di hadang dan di tanya- tanya, padahal kami benar- benar murni demo dan tidak mau rusuh,” pungkasnya.

Kontributor : Gie Raharjo