Jakarta (Metro Indonesia) – Gelombang panas seperti yang menyelimuti Eropa dalam beberapa tahun terakhir akan lebih sering terjadi dan semakin intens, dan dampaknya akan dramatis, demikian disampaikan seorang pakar Swedia pada Rabu (4/1).
“Sungguh mengkhawatirkan bahwa kita melihat dampak yang lebih mencengangkan dari yang kita yakini 10 tahun yang lalu,” kata Mikael Karlsson, lektor kepala ilmu lingkungan sekaligus dosen senior dalam kepemimpinan perubahan iklim di Universitas Uppsala, kepada Televisi Swedia (SVT) saat mengomentari gelombang panas belum lama ini yang mendorong suhu hingga lebih dari 19 derajat Celsius di Polandia dan Republik Ceko serta mendekati 17 derajat Celsius di Belanda.
Ahli meteorologi SVT Tora Tomasdottir, mengatakan bahwa begitu banyaknya rekor suhu yang dipecahkan dalam waktu sesingkat itu “sangat tidak biasa.”
Karlsson mengatakan kepada SVT bahwa meskipun gelombang panas yang terjadi baru-baru ini tidak dapat secara pasti dikaitkan dengan perubahan iklim, rekor-rekor suhu selanjutnya kemungkinan besar akan dipecahkan dalam beberapa tahun mendatang.
“Kita pasti akan lebih sering terkena dampak cuaca ekstrem,” katanya seperti dilansir dari Berita ANTARA.
Sementara cuaca hangat yang historis di musim dingin memecahkan rekor di berbagai wilayah Eropa, Amerika Utara berjuang melawan suhu beku dan salju tebal.
Tanpa mengaitkan hal ini dengan pemanasan global, Karlsson mengatakan bahwa biaya perubahan iklim kemungkinan akan melampaui perkiraan sebelumnya.
“Perubahan iklim mungkin menjadi (bencana) yang paling mahal yang pernah ditimbulkan oleh umat manusia. Biayanya setara dengan perang dunia,” sebut Karlsson.
(Smd/MI)