Jakarta (Metro Indonesia) — Bisphenol A atau BPA adalah salah satu bahan kimia penyusun plastik polikarbonat yang ditemukan pada sejumlah produk air kemasan dalam minuman maupun makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) baru-baru ini memeberikan perhatian terkait potensi larutnya BPA dalam makanan atau minuman di kemasan plastik polikarbonat.
Regulasi atau aturan terbaru mewajibkan sejumlah air kemasan dalam minuman (AMDK) berbahan polikarbonat, yakni yang memiliki izin edar memberikan keterangan label “Berpotensi Mengandung BPA”. Ketentuan ini dikecualikan bagi depot air minum isi ulang, BPOM juga tidak melarang penggunaan galon berbahan polikarbonat demi mencegah risiko potensi kerugian pelaku usaha.
“BPA bekerja atau berdampak kesehatan melalui mekanisme endocrine disruptors atau gangguan hormon khususnya hormon estrogen sehingga berkorelasi pada gangguan sistem reproduksi baik pria maupun wanita, diabetes dan obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental, Autism Spectrum Disorder (ASD), dan pemicu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD),” jelas Kepala BPOM Penny K Lukito dalam keterangan tertulis, yang dikutip Minggu (12/6/2022).
Dirangkum dari berbagai sumber, penelitian menunjukkan beberapa masalahan kesehatan yang mungkin terjadi akibat dari migrasi BPA yakni:
1. Gangguan reproduksi
Pada tahun 2013, ilmuwan menerbitkan sebuah hasil studi yang menunjukkan bahwa paparan BPA dapat mempengaruhi pematangan telur pada manusia.
Penelitian menyatakan bahwa paparan BPA dapat memengaruhi pubertas dan ovulasi, lebih parahnya dapat membuat seseorang mengalami kemandulan. Hal tersebut dapat terjadi seumur hidup, bahkan lintas generasi.
Tahun 2009 penelitian mengungkapkan bahwa paparan BPA pada pria di tempat kerja memiliki efek, yaitu memengaruhi kesuburan pria. Pada kasus tingkat tinggi, paparan BPA juga dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi, masalah pada hasrat seksual, hingga masalah ejakulasi.
2. Penyakit jantung
Penelitian pada manusia bahkan telah mengaitkan paparan BPA dosis rendah dengan masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung arteri koroner, angina, serangan jantung, hipertensi, dan penyakit arteri perifer.
Pada hewan, penelitian menemukan bahwa paparan BPA dapat menyebabkan aritmia, aterosklerosis, dan perubahan tekanan darah.
3. Diabetes tipe 2
Terbukti bahwa paparan BPA pada manusia dapat menjadi penyebab penyakit diabetes tipe 2 dengan memengaruhi resistensi insulin, penambahan berat badan, sindrom metabolik.
Hasil uji pada hewan telah menemukan bahwa paparan BPA dapat memperburuk atau meningkatkan risiko:
• Diabetes
• Gula darah tinggi dan intoleransi glukosa
• Resistensi insulin dan perubahan sekresi insulin
• Masalah dengan fungsi beta
• Peningkatan sel lemak
4. Perkembangan otak janin
Berdasarkan penelitian, paparan lingkungan terhadap BPA berpotensi memengaruhi otak janin selama kehamilan. Studi tahun 2011 menyatakan dampak tersebut meliputi perubahan perkembangan struktural, gangguan regulasi estrogen, dan modifikasi DNA.
Tak hanya itu, dampak tersebut dapat berlanjut hingga janin tersebut lahir, dampak tersebut dapat berpengaruh pada perilaku sosial dan kecemasan.
5. Kanker
Ilmuwan percaya bahwa BPA yang perilakunya mirip dengan estrogen dapat meningkatkan risiko kanker payudara, prostat, dan kanker lainnya pada orang yang mengalami paparan bahan kimia di dalam rahim.
Tahun 2015 sekelompok peneliti menyimpulkan bahwa paparan BPA sebelum lahir dapat memiliki efek jangka panjang pada karsinogenesis pada organ tertentu.
(Sumber : detikHealth)