Yogyakarta, Metroindonesia.co — Tuberkulosis dinyatakan oleh World Health Organization [WHO] sebagai salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia. Terlebih lagi dalam Global TBC Report dari WHO yang diterbitkan pada 27 Oktober 2022 disebutkan Indonesia kembali naik peringat dua dengan estimasi beban TBC terbanyak di dunia setelah India. Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta per 6 Desember 2022 ditemukan 1.143 kasus TBC semua tipe.
Sebagai salah satu upaya eliminasi TBC diperlukan kolaborasi multi pihak baik dari pemerintah, pemangku kebijakan dan komunitas penanggulangan TBC di Kota Yogyakarta.
PKBI Kota Yogyakarta sejak April 2021 menjadi salah satu Sub-sub Recipient [SSR] penerima dana hibah Global Fund dibawah Sub Recipient [SR] Siklus Indonesia dan Principle Recipient [PR] Konsorsium Komunitas Penabulu STPI. SSR PKBI Kota Yogyakarta berperan dalam penaggulangan TBC berbasis komunitas di Kota Yogyakarta dengan melakukan peran TOSS TBC yaitu dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak Rumah Tangga [IK RT] atau tracing kontak erat dan serumah, Investigasi Kontak Non Rumah Tangga [IK Non RT] dalam bentuk sosialisasi dan skrinning TBC ke masyarakat, edukasi pemberian Terapi Pencegahan TBC [TPT] balita kontal serumah, pendampingan pasien TBC Resisten Obat [RO] dan pelacakan pasien TBC Sensitif Obat [SO] dalam implementasi District Private Public Mix [DPPM], pengantaran spesimen dahak, dsb. Area intervensi SSR PKBI Kota Yogyakarta adalah 100% dari 18 puskesmas di Kota Yogyakarta meliputi Umbulharjo, Kotagede, Mergangsan, Gondokusuman, Pakualaman, Mantrijeron, Wirobrajan, Kraton, Gondomanan, Gondokusuman, Tegalrejo, Jetis dan kader yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 58 orang.
Investigasi kontak RT oleh kader SSR PKBI Kota Yogyakarta pada Januari-November 2022 terlaksana sebanyak 372 untuk indeks kasus terkonfirmasi TBC bakteorologis dan TBC anak. Pelaksanaan IK tersebut berdasarkan indeks yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sejumlah 702 indeks. Dari 372 IK RT yang terlaksana ada 8033 kontak yang di skrinning, 783 yang memenuhi syarat rujuk, 710 yang berhasil dirujuk, 670 yang melakukan tes dengan hasil negatif [339 pemeriksaan rontgen, 98 pemeriksaan TBC anak, 233 pemeriksaan TCM] dan 40 dengan hasil tes positif [3 pemeriksaan BTA+, 21 pemeriksaan rontgen, 5 pemeriksaan TBC anak, 11 pemeriksaan TCM]
Investigasi kontak Non RT berupa penyuluhan dan skrining TBC di Kota Yogyakarta Januari-November 2022 dilaksanakan 64 Kali dengan 1344 kontak yang di skrinning, 89 yang diperiksa dengan 78 hasil negative dan 11 dengan hasil tes positif.
Tantangan bagi kami adalah dalam merujuk balita kontak serumah dengan pasien TBC Baktereologis untuk diberikan TPT. Selain pada balita TPT diberikan pada orang dengan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Hasil studi menunjukan sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi. Risiko penyakit TBC pada ODHA, anak kontak serumah dengan pasien TBC terkonfirmasi TBC bakteorologis dan kelompok beresiko lainnya dapat dikurangi dengan pemberian TPT. Dengan pemberian TPT dapat mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60% sampai 90%. Selain itu pemberian TPT pada ODHA dapat memberikan perlindungan hingga lebih dari 5 tahun. Pemberian TPT ini bukan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi diimplementasikan secara komprehensif di layanan TBC dan sistem kesehatan. Harapannya kedepan kita semuanya semakin memahami pentingnya TPT dan dapat diberikan dengan lancar untuk terwujudnya Eliminasi TBC.
Tuberkulosis dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya adalah semua pasien TBC dan kontak erat menggunakan masker dan membuang masker dengan tepat, melakukan skrinning kesehatan apabila ada yang batuk berdahak lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari dan kontak serumah ataupun kontak erat dengan pasien TBC, menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjaga kebersihan serta memastikan ventilasi udara yang baik agar terkena paparan sinar matahari.
SSR PKBI Kota Yogyakarta berharap masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap pengobatan TBC. Stigma pada pasien TBC juga masih cukup tinggi, sehingga masih banyak masyarakat enggan memeriksakan diri. Padahal dengan keterbukaan terkait kondisi kesehatan dapat segera ditangani dan menurunkan penularan lebih cepat.
Untuk saling berkolaborasi dalam eliminasi TBC, SSR PKBI Kota Yogyakarta juga bekerjasama dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjut baik pemerintah maupun swasta serta secara rutin mengadakan kegiatan bersama untuk terus meningkatkan peran dalam eliminasi TBC.
Kontributor: G Raharja