Yogyakarta — Berbicara tentang kinerja, tentunya sangat berkaitan dengan bagaimana kinerja itu dipersepsikan oleh setiap individu. Persepsi kinerja terbentuk dari pengelolaan yang ada dalam organisasi. Aktivitas mengelola seluruh kegiatan sumber daya manusia (SDM) dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan inilah yang dikenal dengan manajemen kinerja. Sehingga, manajemen kinerja tidak hanya bermanfaat bagi organisasi melainkan juga bermanfaat bagi manajer dan individu.
Bentuk konkret dari manfaat manajemen kinerja bagi organisasi adalah kesesuaian tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu; memperbaiki kinerja, proses pelatihan, dan pengembangan; memotivasi karyawan; meningkatkan komitmen; serta mendukung kualitas total dan pelayanan pelanggan.
Tidak berbeda jauh dengan organisasi, manajemen kinerja juga berdampak positif bagi manajer seperti adanya klarifikasi kinerja dan harapan perilaku, upaya penghargaan nonfinansial pada karyawan serta evaluasi kerja demi penentuan tingkat kompensasi. Aktivitas-aktivitas di atas tentunya mendukung kebutuhan karyawan organisasi seperti adanya peran dan tujuan yang jelas, peluang untuk bekerja efektif dan digunakan untuk mengukur kinerja.
Melalui bahasan di atas, maanjemen kinerja berhubungan dengan bagaimana kinerja karyawan itu diukur. Kinerja individu ini merupakan hasil kerja seseorang yang salah satunya dipengaruhi oleh kompetensi. Dua faktor kompetensi yang berpengaruh paling besar pada pengukuran kinerja adalah pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skills).
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan biasanya muncul karena adanya pengalaman, perenungan, dan berkembang melalui kesimpulan. Probst dalam Haryono (2018) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dilengkapi dengan pemahaman hubungan antara informasi dan pengalaman, baik secara individu maupun kelompok. Pengetahuan ini merupakan penerapan informasi yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan.
b. Ketrampilan Kerja (Skill)
Ketrampilan kerja sendiri sangat dipengaruhi oleh kebugaran fisik, psikologis, pendidikan, akumulasi pelatihan dan pengalaman kerja (Haryono, 2018). Pekerja dengan fisik yang sehat akan tidak mudah lemah dan lesu sehingga mampu mengerjakan tugasnya.
Hal ini juga berlaku pada psikologis karyawan, dimana masalah kejiwaan seperti frustasi dan masalah ekonomi dapat menyebabkan karyawan tidak konsisten dan berkonsentrasi dalam bekerja sehingga berpengaruh pada kinerja yang menurun.
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja seseorang. Seseorang dengan pengalaman kerja yang lebih dalam akan semakin terampil, berkualitas, dan semakin cepat untuk menyelesaikan pekerjaan. Robbins dalam Haryono (2018) menyebutkan ketrampilan dibagi menjadi empat kategori yaitu keahlian dasar, keahlian teknis, keahlian komunikasi serta keahlian seseorang dalam memecahkan masalah menggunakan logikanya.
Hal ini menjelaskan bahwa manajemen kinerja berperan sebagai sistem yang membantu perusahaan untuk melakukan penilaian kinerja individu dimana kinerja tidak hanya dinilai dari hasil kuantitas seperti data-data penjualan, kerugian dan keuntungan tetapi juga melalui pengetahuan dan ketrampilan dalam hal ini adalah inisiatif, kepemimpinan dan kreativitas.
Oleh : Prita Astungkara, S.Psi
UPN Veteran Yogyakarta
Diterbitan pada Minggu, 4 Juni 2023
(Redaksi)