Inti Bumi Bawah Laut RI Alami Kemiringan, Apa Penyebabnya?

Bagikan

Jakarta, (Metro Indonesia) – Inti bumi di bawah laut Indonesia dilaporkan mengalami pertumbuhan yang miring. Ini merupakan temuan terbaru dari ilmuwan Amerika Serikat (AS) saat mempelajari gelombang seismik yang melewati inti besi padat dari planet.

Menurut seismolog dari University of California, inti bumi di wilayah Indonesia mengalami kemiringan, yakni inti besi padat di tengah bumi tumbuh lebih cepat di bawah Laut Banda Indonesia.

Sementara itu, inti bumi di Indonesia juga disebut kehilangan panas lebih cepat dari wilayah lain seperti Brasil. Kejadian tersebut mengakibatkan pendinginan terjadi lebih cepat karena kristalisasi besi penyusun inti.

“Satu-satunya cara kami dapat jelaskan adalah sisi satunya tumbuh lebih cepat dibanding yang lain,” kata peneliti utama studi dari University of California Daniel Frost seperti dikutip, Minggu (26/12/2021).

Diketahui inti bumi berada sekitar 3.000 kilometer di bawah permukaan bumi. Bagian ini berbentuk seperti bola dan mengandung besi dan nikel.Di atas inti bumi ada mantel, yang terdiri dari mantel dalam (300-2.890 km di bawah permukaan bumi) dan mantel luar (10-300 km di bawah permukaan bumi).

Sementara lapisan paling luar adalah kerak bumi.Fakta lainnya peristiwa tersebut ternyata sudah terjadi sejak 500 tahun lalu. Namun belum ada yang mengetahui alasan proses pendinginan terjadi lebih cepat di Indonesia.

Penemuan inti bumi di Indonesia kehilangan panas lebih cepat ini membawa ilmuwan pada suatu kesimpulan baru, soal mengapa kristalisasi besi lebih condong di barat (Laut Banda) dibanding timur (Brasil). Peneliti menyebut ada pertumbuhan asimetris, yakni 60% lebih tinggi ke sisi barat.

Namun, pertumbuhan asimetris ini bukan berarti akan ada catat atau risiko lain yang membuatnya tidak seimbang. Meski begitu, Frost mengatakan ada misteri lainnya yang masih harus dipecahkan.

“Pertanyaannya adalah, apakah ini mengubah kekuatan medan magnet?,” ujarnya.

Medan magnet bumi adalah medan geomagnetik yang menjangkau dari bagian dalam bumi hingga ke batas di mana medan magnet bertemu radiasi matahari. Secara sederhana medan magnet bumi memantulkan sebagian besar angin matahari, yaitu arus partikel bermuatan dari matahari yang mampu mengionisasi (mengurai) di lapisan atmosfer bumi.

Kompas yang digunakan manusia bergantung pada medan magnet bumi. Hewan juga memanfaatkan medan magnet bumi untuk bermigrasi.

Frost mengatakan, pihaknya akan segera melakukan penelitian kembali membahas hal ini. Menurut dia, pihaknya telah memulai mengerjakan penelitian baru dengan tim geomagnetis untuk menyelidiki beberapa kemungkinan dari misteri pertumbuhan miring inti.