Bantul (Metro Indonesia) — Kepolisian Resor (Polres) Bantul menggelar Jumpa Pers Akhir Tahun 2022 bertempat di aula Wira Pratama Mapolres Bantul, Kamis (29/12/2022).
Kegiatan dihadiri oleh para wartawan media cetak, televisi dan online di Kabupaten Bantul.
Dihadapan para wartawan, Kapolres Bantul memaparkan kejadian gangguan Kamtibmas selama tahun 2022.
Dijelaskan, sebanyak 2.525 kejadian laka lantas dilaporkan di Polres Bantul sejak Januari hingga pekan terakhir Desember 2022.
Terjadi kenaikan sebesar 31,7 persen jika dibandingkan pada 2021 dimana sejak Januari hingga Desember tahun lalu total kejadian laka lantas hanya 1.917.
Dari kejadian laka lantas yang dilaporkan pada 2022, Polres Bantul telah menyelesaikan kasus laka lantas sebanyak 2.418.
Sementara untuk korban meninggal akibat laka lantas pada 2022, Polres Bantul melaporkan ada sebanyak 162.
Kemudian untuk korban luka ringan pada 2021 sebanyak 2.151 lalu pada 2022 korban luka ringan sebanyak 2.964 korban.
Dari total kasus laka lantas itu, total kerugian material akibat kecelakaan pada 2021 mencapai Rp881.087.000 kemudian pada 2022 kerugiannya mencapai Rp1.237.856.800.
“Laka lantas ini pembunuh nomor satu. Dibandingkan kasus pembunuhan, korban meninggal meninggal akibat laka lantas justru lebih banyak,” kata Kapolres Bantul, AKBP Ihsan SIK dalam paparannya.
Ihsan mengklaim, kasus laka lantas di Bantul paling tinggi dari lima kabupaten/kota lain di wilayah DIY.
Bahkan Kabupaten Bantul sempat pada peringkat ke tiga diseluruh Indonesia untuk jumlah kasus kecelakaan.
“Di Jogja (DIY) Bantul paling tinggi, kita peringkat tiga besar seluruh indonesia (untuk kasus kecelakaan),” jelasnya.
Dari penelitian yang dilakukan bersama akademisi, mayoritas kecelakaan di Bantul dipicu karena kelalaian atau laka tunggal.
Penyebab kelalaian itu lantaran kondisi jalan di Bantul banyak lajur yang lurus dan kontur jalannya tidak berlubang.
“Kalau jalan kondisi bagus cenderung cepat lajunya. Sementara dia (pengemuda) gak dibekali keahlian mengendarai motor. Orangnya tidak terampil,” terang dia.
Selain itu Ihsan menyebut faktor penerangan jalan juga memengaruhi tingginya kecelakaan di Kabupaten Bantul.
Kondisi jalan di Kabupaten Bantul belum sepenuhnya memiliki penerangan jalan yang layak.
“Jadi faktor penerangan memengaruhi. Faktor orang rata-rata gak punya sim kemudian laka tunggal. Kemudian sarpras jalan, kemudian penerangan yang belum maksimal itu intinya,” jelasnya.
Dengan data kecelakaan sebanyak itu Ihsan mengaku setiap harinya ada enam kejadian kecelakaan yang dilaporkan ke jajarannya.
Meski mayoritas kejadian kecelakaan adalah laka tunggal, namun kondisi itu semestinya dapat diminimalisir.
“Setiap hari terjadi minimal enam kasus laka lantas yang dilaporkan. Ya, wajar ketemu angka dua ribu,” terang dia.
Dari data kecelakaan yang ada, tragedi kecelakaan yang menyita perhatian publik lantaran menelan korban meninggal terbanyak terjadi di Jalan Imogiri-Mangunan atau tepatnya di samping Bukit Bego.
Dalam insiden itu 14 nyawa melayang akibat bus tak kuasa melintas jalur ekstream di kawasan itu.