Kuliah Online UGM Sudah Diikuti 23 Ribu Mahasiswa

Bagikan

YOGYAKARTA, MetroIndonesia.co –  Kampus Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kuliah online untuk mendukung kebijakan kesiapsiagaan dan pencegahan penyebaran COVID-19. Sejak diterapkan Senin (16/3) hingga Rabu (17/3) kemarin, kegiatan kuliah online sudah diikuti 23 ribu mahasiswa dengan 3.180 sesi perkuliahan. Namun demikian, kegiatan kuliah online di tengah wabah pandemik virus corona ini menurut Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., menjadi momentum sekaligus tantangan bagi UGM dalam menerapkan kuliah online.

“Kita sudah menyosialisasikan kuliah daring dengan model learning manajemen system ini sejak 2017, namun dengan situasi sekarang justru menjadi tantangan bagi kita bagaimana dosen dan mahasiswa harus terlibat semuanya,” kata Hatma di Kampus UGM, Kamis (18/3).

Sebelum ada kasus virus Corona, pihaknya secara aktif menyosialisasikan dan memberikan pelatihan bagi dosen untuk melakukan kegiatan kuliah interaksi daring dengan aplikasi webex yang sudah disediakan pihak universitas. Namun begitu, dosen juga diperbolehkan menggunakan aplikasi daring lainnya, seperti skype, google hangout, webinar, zoom meeting. “Kita berikan keleluasaan bagi dosen, namun yang belum terbiasa kita memberikan tutorial hingga pelatihan,” katanya, seperti dikutip dari ugm.ac.id.

Memasuki hari ke-3 pembelajaran daring, kata Hatma, seluruh sivitas akademika hampir semuanya sibuk memanfaatkan teknologi kuliah daring. Namun begitu, webex sebagai metode interaksi langsung dalam jaringan dan interaksi tidak langsung lewat pembelajaran eLisa dan eLok. “Di tengah kondisi kegawatdaruratan dan keterbatasan, kita beruntung sudah menyiapkan metode pembelajaran sebelumnya,” katanya.

Soal kesiapan mahasiswa dalam mengikuti metode pembelajaran daring ini tidak banyak yang menghadapi kendala, sebab sebagian besar mahasiswa sudah terbiasa memanfaatkan teknologi tersebut. “Mereka umumnya native digital sangat familiar dan mudah beradaptasi,” katanya.

Meski begitu, salah satu kendala bagi mahasiswa mereka diharuskan menyediakan kuota internet untuk mengakses aplikasi atau situs pembelajaran yang disediakan oleh pihak kampus. “Mereka harus sediakan kuota yang cukup, sementara baru satu provider yang  memberikan biaya gratis, mudah-mudahan diikuti provider yang lain,” ujarnya.

Dosen Fakultas Biologi UGM, Dr. Eko Agus Suyono, M.App, Sc., menuturkan pembelajaran kuliah online yang dilakukanya cukup berjalan lancar meski ada sedikit kendala di awal karena harus adaptasi dengan sistem serta koneksi. “Kendala bisa teratasi karena mahasiswa kebanyakan sudah sangat akrab dengan dunia digital. Bahkan, mungkin banyak yg lebih pintar dari dosennya untuk urusan teknologi,” ungkapnya.

Ia menyampaikan selama proses kuliah daring sebagian besar mahasiswa menggunakan ponsel dibanding menggunakan laptop dan PC. “Jutsru mereka lebih aktif diskusi daripada di kelas reguler,” katanya.

Untuk mengatasi kendala koneksi, kata Eko, ia sengaja menggunakan gabungan beberapa platform, seperti webex UGM, WA dan simaster grup. “Kalaupun menggunkan video saya lakukan tidak terlalu lama sekitar 30-40 menit. Selebihnya saya memberikan tugas mandiri,” paparnya.

Menurutnya, dengan adanya proses pembelajaran daring ini menjadikan UGM dan beberapa universitas lain lebih cepat memasuki dunia kuliah daring. Dalam situasi kegawatdaruratan wabah corona ini ia mengusulkan  pihak universitas menyediakan bebas kuota untuk mengurangi beban finansial bagi dosen dan mahasiswa. Sebab, apabila ada kebijakan bebas kuota ini akan juga mengurangi kemungkinan mahasiswa keluar rumah atau kos untuk mencari koneksi wifi internet seperti  di kafe, bahkan ada yang balik ke kampus. “Kalau pun ke kampus, kita imbau untuk tetap menjaga jarak dengan teman-temannya,” kata Eko yang setiap hari rata-rata memberikan dua kali kuliah online.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Sistem dan Sumber Daya Informasi, Widyawan, ST, M.Sc., Ph.D., mengatakan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran daring ini pihaknya menyediakan beberapa fasilitas, seperti server untuk menjalankan aplikasi pembelajaran elok.ugm.ac.id dan  elisa.ugm.ac.id serta administrasi akademik untuk simaster.ugm.ac.id.

Soal platform penyedia konten pembelajaran, kata Widyawan, dosen bisa menggunakan platform webex yang disediakan pihak universitas atau menggunakan aplikasi yang sudah ada. “Tergantung dosen masing-masing. Untuk konten berbasis text dan audio memerlukan bandwidth lebih sedikit dibanding berbasis interaksi video. Sistem e-learning di UGM seperti elok.ugm.ac.id bisa mewadahi semua media tersebut,” katanya.

Hingga memasuki hari ketiga kegiatan pembelajaran daring, kata Widyawan, melalui sumber platfrom webex diketahui ada 3.180 kuliah onlline, 1.299 video yang diunggah, dan melibatkan 23.000 total mahasiswa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *