Jakarta, (Metro Indonesia) – Dalam pembangunan proyek infrastruktur kerap membuka temuan seperti situs, benda, artefak, sisa-sisa bangunan yang bernilai historis bahkan bernilai ekonomis. Hal ini terjadi ketika kontraktor mulai membuka lapisan tanah pada wilayah proyek.
Belum lama ini penemuan ‘harta karun’ itu terjadi pada proyek Mass Rapid Transit dari Bundaran Hotel Indonesia – Kota Tua, hingga beberapa proyek tol. Namun yang sempat membuat geger adalah penemuan harta karun emas permata di daerah Cigombong perbatasan Sukabumi, Bogor.
Saluran Air Kuno Batavia
Belum lama ini pada proyek pengerjaan MRT Jakarta Fase II Bundaran HI – Ancol menemukan objek cagar budaya langka dan penting.
Penemuan tersebut merupakan saluran air kuno Batavia, yang merupakan bagian dari sistem pasokan air bersih ke kota Batavia pada abad 18 yang dialirkan melalui kolam air menuju benteng/kastil Batavia.
Disebutkan, temuan ini menjadi saksi bisu peradaban Batavia (Jakarta) sejak abad 18.
“Ini adalah satu yang krusial. Kita menemukan struktur (pengairan) 400 meter dari abad 18 yang tidak dapat ditemukan di tempat manapun di kota manapun di Indonesia,” kata Arkeolog Universitas Indonesia Prof. Junus Satrio Atmodjo dikutip Selasa (11/10/2022).
Selain itu, dalam proses penggalian ditemukan juga jalur trem hingga jembatan Glodok kuno yang dulu digunakan untuk menyeberang kali.
“Panjang banget, jadi di rel trem ini ada di paket kontrak 202 dan 203 jadi mulai dari ujung Gajah Mada sampai Jl. Pintu Besar Selatan,” kata Junus.
‘Harta Karun’ Pada Proyek Tol
Pada awal 2022, sempat geger soal penemuan artefak berupa batu Yoni di proyek tol Solo – Yogyakarta. Penemuan ini sempat viral beberapa waktu lalu, hingga mengundang masyarakat berdatangan untuk menyaksikan langsung.
Artefak yoni di Desa Keprabon, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, diduga merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno pada abad 8-9 masehi.
Yoni yang dikenal oleh warga dengan sebutan Candi Asu ditemukan itu tersebar di kebun dan sawah yang diperkirakan sudah ada sejak seribuan tahun lalu.
Dengan temuan ini, pembangunan jalan tol pun terpaksa harus mengalami perubahan. Desain tol diubah sehingga pembangunan trase tol yang tadinya dilakukan menapak diubah menjadi melayang.
“Salah satu penyesuaian desain tol yang pernah dilakukan untuk di wilayah Jawa Tengah adalah adanya rekayasa konstruksi jalan tol yang semula at grade menjadi elevated (melayang) untuk menghindari situs Yoni yang ada di desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,” mengutip laman PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), Rabu (28/9/2022).
Di proyek tol lain juga ditemukan artefak di lokasi pembangunan tol Pandaan-Malang. Situs pertama ditemukan sejak 2012 silam, yang berada di wilayah Saradan Madiun.
“Di sana dulu ditemukan struktur batu bata bersama kolam kecil seperti petirtaan di wilayah Saradan sekitar tahun 2012,” ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, mengutip detikcom.
Menurut Wicaksono situs itu langsung diekskavasi dan dikoordinasikan dengan Bina Marga. Sehingga muncul kesepakatan ruas tol dibangun melayang atau menggunakan flyover.
Harta Karun Emas Kerajaan dan Jepang
Penemuan harta karun di Pulau Jawa ternyata pernah ada dan sempat bikin geger pada masa lalu. Umumnya ditemukan tak sengaja oleh warga yang beraktivitas. Harta karun ini ada yang merupakan peninggalan masa kerajaan hingga masa revolusi kemerdekaan.
Pasa masa lalu di daerah Cigombong, dekat perbatasan Sukabumi-Bogor, Jawa Barat pernah ditemukan harta karun. Kawasan ini sebelum 1946 pernah ditempati tentara Jepang.
Setelah pertengahan 1946, tentara Jepang yang sudah kalah pergu dari Cigombong. Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengamankan tempat itu dengan bantuan penduduk.
Bersama penduduk lokal sekitar Cigombong kemudian tentara menggali-gali lahan di sekitar bekas lokasi tentara Jepang, berharap mendapatkan senjata untuk melawan tentara Belanda,
“..Sersan Mayor Sidik bersama beberapa anggota polisi tentara dan rakyat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki yang berisikan barang keras. Kaos kaki itu mereka buka satu persatu. Mereka kaget melihat isinya emas permata dan berlian yang sudah dicongkel-congkel gemerlapan,” aku haji Priyatna Abdurrasyid: Dari Cilampeni ke New York (2001:102).
Nilai emas itu, menurut majalah Ekspres (29/09/1972), hampir mencapai Rp 6 miliar. Detilnya, harta karun itu berupa 7 kg emas dan 4 kg berlian, yang asalnya dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor.
Berdasar laporan dari tim yang menyerahkan harta karun itu ke Yogyakarta, harta karun itu lalu diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta. Direktur BNI-46 kala itu adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, kakek dari Menteri Pertahanan RI saat ini.
Tidak hanya itu, penemuan harta karun emas terjadi juga di Desa Wonoboyo, Kecamatan Jongonalan, Klaten Jawa Tengah. Dimana tanpa sengaja warga penggali tanah uruk menemukan guci berisi emas dan perak pada Oktober 1990 silam.
Guci itu ternyata berisi perhiasan berbagai bentuk. Mulai dari gelang, cincin,
Berbagai perhiasan emas dan perak yang disimpan di dalam empat guci itu disebut sebagai temuan maha karya dan terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Benda-benda bersejarah itu ditemukan enam orang warga di kedalaman 3 meter tanah berpasir yang digali untuk tanah uruk.
“Yang menemukan 6 orang. Saat mencangkul ada yang kena guci di kedalaman tanah sekitar 3 meter yang berpasir,” kata Widodo, salah satu warga yang menemukan dikutip dari detikcom.