Yogyakarta (Metro Indonesia) — Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) FMIPA UNY memberikan Pelatihan Pengolahan Jamu Herbal Berbahan Dasar Tanaman Obat Keluarga untuk Penguatan Ekonomi Masyarakat Desa Pengasih Kulon Progo pada Sabtu, (5/10/24).
Tim PKM terdiri dari Prof. Dr. Dadan Rosana, M.Si., Drs. Allesius Maryanto, M.Pd., Ir. Suhandoyo, MS, Arwan Nur Ramadhan, dan Riko Septiantoko. Sedangkan peserta pelatihan adalah ibu-ibu Kelompok Wanita Tani wilayah Pengasih Kulonprogo. Pada kesempatan tersebut UNY menyerahkan bantuan peralatan untuk membuat jamu herbal yang diterima oleh ketua KWT Pengasih serta penandatanganan kerjasama antara FMIPA dengan Pemerintah Kecamatan Pengasih.
Dekan FMIPA UNY, Prof. Dr. Dadan Rosana, M.Si., dalam sambutannya mengatakan bahwa PKM kami laksanakan secara terus menerus dan tahun ini program Kampung Emas adalah di Pengasih Kulon Progo dan Pajangan Bantul. “Program yang kita laksanakan disini sudah kita ujicobakan di Program Adi Daya, bagaimana memberdayakan masyarakat di Gunungkidul dan sampai sekarang masih jalan, dan mereka sudah memproduksi beberapa obat. Silakan Bapak Ibu disini nanti membuat merek apa. Ini adalah upaya menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya ibu-ibu KWT.
Kalau kita lihat halaman rumah disekitar sini masih luas, jadi bisa ditanami tanaman obat seperti jahe, kencur, dll. Saya kira ini bukan hal yang sulit. Ini tidak memerlukan lahan yang luas. Dengan cara seperti itu, jika setiap rumah punya kemudian diproduksi, saya kira ini sesuatu yang luar bias, bahwa daerah ini dikenal sebagai daerah penghasil jamu herbal yang sekarang sudah mulai dilirik. Dan jika kualitasnya baik bisa sampai diekspor. Diluar negeri herbal seperti ini sedang menjadi tren”, tegasnya.
Dekan juga menyampaikan, produk herbail jika dikonsumsi sendiri akan menjadikan kita sehat. Ketika nanti pembuatannya sudah bagus bisa membuat brand maka bisa menjadi home industry UMKM di masyarakat yang basisnya adalah pemanfaatan tanaman-tanaman tradisional yang ada disekitar bapak ibu.
Panewu Anom Kapanewon Pengasih, Erna Handayani, S.Sos., M.PA, menyampaikan terima kasih kepada UNY yang sudah banyak sekali melakukan PKM di Pengasih yang bisa dimanfaatkan oleh warga kami.
Erna Handayani juga mengatakan, indeks pembangunan gender adalah indeks pembangunan manusia yang dibandingkan antara laki-laki dan perempuan. Itu diukur dari sisi kesehatan, pendidikan dan sumbangan ekonomi. Untuk kesehatan di Kulon Progo bisa berbangga diri. Kesehatan diukur dari angka harapan hidup, dan angka harapan hidup di Kulon Progo adalah yang tertinggi di DIY dan DIY tertinggi di Indonesia. Di Kulon Progo angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki yaitu laki-laki 73 tahun sedang perempuan 77 tahun. Jadi angka harapan hidupnya tertinggi di Indonesia. Untuk pendidikan perempuan di Kulon Progo masih nomor 3 di DIY. Dari sisi sumbangan ekonomi masih rendah yaitu nomor 4 di DIY.“Jadi pelatihan ini tujuannya juga untuk peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan lahan. Tapi jika belum sampai ke penjualan ya untuk kesehatan badan dulu”, pungkasnya.
(Witono : Humas FMIPA UNY)