Yogyakarta (MetroIndonesia.co) -Berbisnis tidak hanya sebatas bagaimana menjual suatu produk, syukur-syukur produk tersebut laris terjual. Berbeda dengan pebisnis millenial yang satu ini, akrab disapa Mas Arif owner @raoseco yang telah lama berbisnis dengan mengedepankan Brand produk lokal Jogja di semua menu produk makanan frozen foodnya. Sehingga @raoseco mengusung taq line #tradisional frozen food.
Sebagaimana diungkapkan oleh Arif kepada awak media kolomnews ketika ditemui dikantornya.
Siapa yang tidak mengenal Gudeg Jogja, makanan tradisional Jogja yang menonjolkan rasa manis. Ayam Goreng adalah salah satu menu kuliner masakan tradisional Jogja. Bagi penyuka rasa pedas, salah satu brand lokal produk makanan tradisional Jogja adalah oseng-oseng mercon yang super pedas. Ada pula Brand lokal produk makanan tradisional Jogja yang sangat memanjakan penyuka kuah yaitu garang asam dan sayur ndeso. Sayur ndeso menjadikan penikmatnya semakin kangen dengan kampung halaman. Ini semua adalah brand lokal makanan tradisional khas Jogja yang teraplikasikan dalam semua menu frozen food makanan tradisional Jogja. Imbuh Arif menjelaskan kepada awak media.
“Dengan konsep mengangkat Brand Lokal agar semakin dicintai, semakin diminati dan semakin bangga dengan memakai dan mengkonsumsi produk lokal. Harapannya akan semakin mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” lanjut Arif mempertegas.
Inilah yang membedakan pebisnis millenial dengan pebisnis lainnya.
Ketika ditanya tentang kondisi pandemi covid-19 kaitannya dengan bisnis UMKM, Mas Arif menjelaskan bahwa pada masa pandemi covid-19 banyak brand-brand besar tumbang karena tidak mampu mengadaptasi kondisi masyarakat disaat pandemi yang merupakan marketnya. Akhirnya mereka menutup usaha dan merumahkan banyak karyawannya. Masalah sosialpun bermunculan.
Banyak orang lebih memilih beraktifitas di dalam rumah. Menghindari banyak kerumunan diluar rumah. Meskipun mereka berada di rumah, tetap bisa produktif dan berbelanja kebutuhan rumah tangga. Melalui penawaran online di berbagai media sosial dan marketplace seseorang dapat memesan dan memanfaatkan layanan antar sampai depan rumah. Praktis, mudah dan mematuhi protokol kesehatan. Inilah realitas yang ada selama pandemi covid-19 dan tidak dapat dihindari.
“Bagaimana jika sebuah perusahaan besar tidak mampu mengadaptasi kondisi ini dan salah mengambil keputusan maka yang terjadi adalah kalah dan menutup usaha. Namun demikuan meski seorang pebisnis UMKM tetapi mampu mengubah strategi bisnis dikarenakan terjadi pandemi covid-19 maka akan menang dan mengalahkan yang lain,” utur Arif menjelas kepada kami pada (14/11/2020).
Selanjutnya Arif menjelaskan kepada kami bahwasannya produk makanan olahan frozen food adalah produk yang banyak dibeli dan diburu oleh masyarakat selama masa pandemi covid-19. “Adapun bisnis menjual produk makanan frozen adalah bisnis yang sangat cocok dijalankan selama masa pandemi. Mengambil kesempatan ini maka @raoseco menawarkan kerjasama menjadi reseller produk @raoseco dengan beberapa paket bisnis pilihan. Hanya dengan modal 1 jutaan kita dapat memiliki usaha dengan produk yang sesuai dengan kebutuhan masa saat ini,” Ungkap Arif membagikan peluang usahanya.
Disela-sela kesibukannya mengembangkan bisnis frozen food yang dikelolanya, millenial yg satu ini masih memiliki berbagai aktifitas salah satunya membagikan dan menularkan ilmu bisnis. Melalui tim yg dibentuknya, Mas Arif berbagi ilmu dalam workshop dengan materi membangun organisasi usaha/bisnis.
“Bagaimana membangun organisasi bisnis adalah sesuatu yg sangat penting terlebih bagi UMKM. Kolaborasi antara pengalaman yang dimilikinya dengan ilmu membangun organisasi bisnis, Mas Arif dan timnya banyak melakukan pendampingan UMKM,” Lanjutnya.
Ditanya mengenai apa visi besar yg terus diupayakan sejak saat ini. “Bahwa seorang pebisnis harus memiliki visi besar,” tegasnya.
Visi besar 10 tahun ke depan yang dimiliki dijelaskan dengan sebelumnya menjelaskan kepada kami bahwa pada Tahun 2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dimana usia produktif lebih banyak dr pd non produktif. Sehingga banyak negara lain melirik Indonesia untuk berinvestasi. Dengan latar belakang kondisi Indonesia pada Tahun 2030 tersebut, Mas Arif berharap kaum muda dan millenial pada tahun 2030 tidak menjadi kacung bagi negara lain.
“Untuk itu perlu menyiapkan para pelaku usaha terutama dengan membangun organisasi usaha menengah agar siap ketika naik level dan mengalami perubahan kapasitas. Harapannya UMKM tidak hanya naik kelas,” pungkas Arif kepada awak media.
Kintrubutor : Gie Raharjo/ Muh Sanusi