Jakarta, (MetroIndonesia) – Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per akhir kuartal II-2021 atau hingga akhir Juni 2021 mencapai US$ 415,1 miliar.
Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.300, maka ULN Indonesia adalah sekitar Rp 5.977 triliun. Utang luar negeri ini terdiri dari utang pemerintah, BUMN, dan sektor swasta.
Negara mungil tetangga Indonesia, yaitu Singapura, masih menjadi negara pemberi utang terbesar. Jumlah utang luar negeri Indonesia yang diperoleh dari Singapura mencapai US$ 64,83 miliar per Juni 2021, atau lebih dari Rp 933 triliun.
Pada data tersebut ada yang menarik, yaitu angka utang luar negeri Indonesia ke China yang jumlahnya naik tinggi sekitar 474% dalam 10 tahun terakhir.
Pada 2011, angka utang luar negeri Indonesia ke China tercatat US$ 3,701 miliar atau sekitar Rp 53,29 triliun. Dikutip dari CNBC Indonesia, Angka ini melonjak tinggi di Juni 2021 menjadi US$ 21,246 miliar, atau sekitar Rp 305,9 triliun. Namun tidak dijelaskan dalam data tersebut, apakah utang tersebut merupakan utang pemerintah, BUMN, atau utang swasta.
Berikut lima besar pemberi utang luar negeri terbesar Indonesia setelah Singapura di nomor satu:
– Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 30,56 miliar atau sekitar Rp 469 triliun
– Jepang US$ 27,181 miliar atau sekitar Rp 391 triliun
– China US$ 21,246 miliar atau sekitar Rp 305 triliun
– International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) US$ 18,034 miliar atau sekitar Rp 259 triliun
– Hong Kong US$ 15,051 miliar atau sekitar Rp 216 triliun.
“ULN di akhir triwulan II-2021 turun 0,1% (qtq) dibandingkan dengan posisi ULN triwulan I-2021 sebesar US$ 415,3 miliar. Secara tahunan, pertumbuhan ULN triwulan II-2021 juga melambat, dari 7,2% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,9% (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN Pemerintah dan kontraksi ULN swasta,” sebut keterangan tertulis BI soal posisi utang luar negeri.