Jakarta, Metro Indonesia – Muncul dua retakan besar di kerak bumi terbuka di dekat perbatasan Turki-Suriah. Retakan ada setelah dua gempa kuat mengguncang wilayah tersebut pada Senin (6/2/2023).
Para peneliti dari Pusat Pengamatan & Pemodelan Gempa Bumi, Gunung Berapi & Tektonik (COMET) Inggris menemukan retakan tersebut dengan membandingkan gambar daerah dekat pantai Laut Mediterania yang diambil oleh satelit pengamat Bumi Eropa Sentinel-1 sebelum dan sesudah gempa dahsyat terjadi.
Retakan panjang membentang 300 kilometer ke arah timur laut dari ujung timur laut Laut Mediterania. Ia tercipta dari gempa pertama dari dua gempa besar yang melanda wilayah itu.
Sedangkan retakan kedua, sepanjang 125 km terbuka selama gempa kedua yang berkekuatan 7,5, sekitar sembilan jam kemudian.
“Pecahan seperti itu biasanya muncul setelah gempa kuat,” kata Pimpinan Tim COMET Profesor Tim Wright, dikutip dari Space, Senin (13/2/2023).
Akan tetapi, lanjut dia, kedua retakan tersebut sangat panjang yang bisa menjadi sebuah bukti betapa besarnya energi yang dilepaskan oleh gempa bumi.
“Semakin besar gempanya, makin besar patahannya dan semakin tergelincir,” terang Wright.
Menurutnya patahan kerak bumi akibat gempa Turki ini adalah salah satu yang terpanjang dalam catatan di benua. Juga sangat tidak biasa untuk kejadian dua gempa besar yang terjadi dalam beberapa jam satu sama lain.
Pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan gempa bumi sedemikian rupa sehingga retakan terlihat jelas di permukaan. Letaknya melewati kota-kota dan dalam beberapa tempat langsung melalui bangunan.
“Kami memperkirakan kemungkinan perpindahan horizontal jarang hingga 5 meter [16 kaki],” ujar peneliti COMET Milan Lazecky dikutip dari CNBC Indonesia.
“Memang, perpindahan medan yang begitu besar tidak dapat dilewatkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut.”
Daerah ini, di utara Siprus memang disebut rentan terhadap gempa bumi yang dahsyat. Itu karena tiga lempeng tektonik, lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika, bertemu di sini, hingga akhirnya menciptakan tekanan saat mereka saling bertabrakan.
Lebih dari 20.000 orang dilaporkan tewas, dan banyak korban kemungkinan masih terkubur di bawah reruntuhan karena operasi penyelamatan berjalan lambat, terutama di pihak Suriah, yang telah dilanda konflik bersenjata selama bertahun-tahun.
Sejak gempa terjadi, satelit yang dioperasikan oleh instansi pemerintah maupun perusahaan swasta mengalami kerusakan.
(Smd/MI)