Jakarta, (Metro Indonesia) — Pasukan Rusia menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang merupakan PLTN terbesar di Ukraina. Hal itu terjadi setelah PLTN itu terbakar akibat serangan Rusia pada Jumat (4/3) waktu setempat.
Pemerintah kawasan tempat PLTN Zaporizhzha berada mengonfirmasi pengambilalihan tersebut. Namun, mereka memastikan bahwa personel Ukraina akan tetap memantau operasional di PLTN itu.
“Personel operasional memantau kondisi unit-unit daya,” demikian pernyataan pemerintah lokal Ukraina yang dikutip Reuters.
PLTN Zaporizhzhia sangat penting bagi kehidupan Ukraina. CNN melaporkan, PLTN ini menaungi enam dari total 15 reaktor nuklir untuk pembangkit listrik di Ukraina. Secara keseluruhan, PLTN ini memasok 40 persen tenaga nuklir di negara itu.
Ketika PLTN terbesar di Eropa ini terbakar, muncul kekhawatiran bencana, terutama jika reaktor nuklir meledak dan memicu peningkatan radiasi besar-besaran.
Kecaman
Atas pendudukan itu, berbagai negara dan lembaga semakin mengecam tindakan Rusia yang dianggap tidak manusiawi.
China bahkan ikut angkat suara atas tindakan Rusia ini. Kementerian Luar Negeri China mendesak seluruh pihak menjaga keamanan fasilitas nuklir di Ukraina, Jumat (4/3).
“Kami akan mengawasi situasi dan meminta semua pihak untuk menahan diri, menghindari eskalasi, dan memastikan keamanan fasilitas nuklir yang relevan,” kata juru bicara Kemlu China, Wang Wenbin, Jumat (4/3), dikutip dari Reuters.
Wang juga menyampaikan ia sangat khawatir dengan situasi yang terjadi di PLTN tersebut. Namun, China hingga kini menolak mengecam tindakan Rusia kepada Ukraina ataupun menyebutnya sebagai invasi.
Di sisi lain, Uni Eropa justru semakin panas, mereka mendesak Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) segera menggelar rapat darurat atas aksi Rusia tersebut.
Kepala UE Joseph Borrell secara langsung menyampaikan desakan tersebut karena situasinya bakal makin tak terkendali bagi keamanan Eropa.
“Rusia menyerang langsung fasilitas pembangkit nuklir Ukraina dan akan menimbulkan bencana besar. Mereka harus segera menghentikannya,” ujar Borrell.
“Baku tembak dan kebakaran di (Zaporizhzhia) bisa membahayakan seluruh Eropa,” tuturnya.
Pernyataan Borrell ini bukan tanpa alasan. Apabila salah satu reaktor nuklir di Ukraina meledak, Eropa bisa berakhir.
Hal ini senada dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia menyatakan terdapat 15 reaktor nuklir di Ukraina yang bisa mengakhiri hidup Eropa jika salah satunya meledak.
“Tidak ada negara selain Rusia yang pernah menembak reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini pertama kali, pertama kali dalam sejarah,” kata dia.